Header Ads

ad728
  • Sekilas Berita

    Siapa Accher?

    Yasser Arafat (Bahasa Afganistan: Yasir yang berarti rendah hati; Bahasa Islam: Yaasir yang berarti orang yang mudah/sederhana; Bahasa Arab: Yasser yang berarti kaya) atau yang lebih akrab dengan nama pena Yasser A. Amiruddin, begitu nama yang diberikan oleh kedua orang tua saya 33 tahun yang lalu. Saya dilahirkan pada tanggal 12 Muharram 1405 H./7 Oktober 1984 M. di Lingkungan Lakadaung, Kelurahan DualimpoE, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo. Anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H. Amiruddin B dan Ibu Hj. Patimasang Razaq.

    Dari pernikahan saya dengan Andi Titin pada tanggal 1 Desember 2009, Alhamdulillah telah dikaruniai sepasang putera-puteri bernama Andi Kaltsum Al-Khaerunnisa dan Andi Abdillah Al-Khaerunnas.

    Pada tahun 1990 memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan menyelesaikan pada tahun 1996 di Sekolah Dasar Negeri No. 275 Lakadaung. Pada tahun yang sama juga melanjutkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Maniangpajo dan selesai pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Maniangpajo Program IPA dan tamat pada tahun 2002. Pada tahun yang sama melalui SPMB 2002 diterima di Universitas Negeri Makassar (UNM), namun mengundurkan diri. Masih tahun yang sama juga tercatat sebagai mahasiswa LIKMI STEKOM, tapi juga mengundurkan diri.

    Pada tahun 2003 tercatat sebagai mahasiswa STKIP Puangrimaggalatung Sengkang Jurusan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi dan selesai pada tahun 2007 dengan IPK 3,64. Pada tahun 2004 juga sempat tercatat sebagai mahasiswa pada STIBA BRITISH – International Jakarta (Program Jarak Jauh) Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, namun juga mengundurkan diri. Pada tahun 2008 tercatat sebagai Mahasiswa pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar dengan konsentrasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

    Saya mengenal dengan dunia tulis-menulis berawal dari hobbi saya membuat ringkasan berita dari laporan pandangan mata setiap pertandingan yang diikuti PSM Makassar yang saya dengar melalui siaran RRI Makassar. Setiap ringkasan berita yang saya tulis, kemudian dicocokkan dengan berita yang muncul di media cetak keesokan harinya.

    Pada tahun 1999, disaat menempuh pendidikan di bangku SMA. Dipertemukan dengan Tim Redaksi Buletin Prisma, sebuah buletin yang diterbitkan oleh SMA Negeri 1 Maniangpajo. Saya kemudian mencoba untuk menyumbangkan tulisan kala itu, hingga akhirnya penerbitan buletin tersebut harus vakum karena tidak cukup dana.

    Pada tahun 2001, Saya berinisiatif untuk menerbitkan buletin dan dikelola oleh teman sekelas saya. Sebagai ketua kelas, Saya kemudian didaulat sebagai Pimpinan Redaksi Exact Buletin. Hanya saja, karena juga dalam persiapan menjelang Ebtanas (Ujian Nasional), sehingga diputuskan Exact Buletin-pun dihentikan penerbitannya pada tahun 2002.

    Dihentikannya penerbitan Exact Buletin, tidak membuat saya berhenti dalam dunia tulis-menulis. Justru bersama The Razta Computer Centre, usaha keluarga yang juga urus setelah pulang sekolah, semakin mengasah kemampuannya dalam menulis. Disaat waktu senggang, komputer yang tidak terpakai saya pergunakan untuk merangkai kata demi kata, sehingga terkumpullah naskah “Pedoman Latihan Pramuka”, sekaligus menjadi buku pertama saya, meski diterbitkan tanpa ISBN. Bahkan, seiring dengan berjalannya waktu, juga sempat terjun kedunia jurnalistik, Baik media cetak maupun media online.

    Tepat 12 Juni 2003, satu tahun setelah saya menamatkan pendidikan di SMA, dipanggil sebagai operator komputer di SMA Negeri 1 Maniangpajo. Atas usul Wakasek Kurikulum saat itu, saya juga diangkat sebagai guru BK untuk memenuhi kekurangan guru saat itu. Kemudian pada tahun 2004, sejalan dengan diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi, saya kemudian diangkat sebagai guru mata pelajaran TIK untuk memenuhi kekosongan guru. Alhamdulillah, karir terus meningkat, pada tahun 2009 terangkat sebagai CPNSD yang oleh Pemerintah Kabupaten Wajo ditempatkan di SMA Negeri 1 Pitumpanua sejak 1 Februari 2009. Meski, kemudian kembali dimutasi ke SMA Negeri 1 Maniangpajo pada 24 September 2013.

    Sebagai seorang Guru, saya berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dan keahlian yang dimiliki sekarang, tidak akan memberikan manfaat jangka panjang jika tidak diabadikan dengan tulisan. Ilmu tidak akan bermanfaat secara maksimal kepada lebih banyak orang tanpa tulisan. Kehebatan tidak akan berarti apa-apa karena orang akan lupa. Namun, kalau ada tulisan yang diwariskan maka akan tetap ada di dunia ini, walaupun telah dipanggil oleh-Nya.

    Demikian, makna yang dikandung oleh ungkapan Sayidinna Ali r.a., Sahabat Nabi Muhammad SAW, “Sejarah dan Ilmu Pengetahuan tidak akan pernah damai pada generasi berikutnya tanpa ada tulisan. Ikatlah ilmu dengan tulisan.”

    Sejalan dengan itu, Pramudya Ananta Toer berkata “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

    Dengan tulisan, kita sudah melakukan dua hal sekaligus. Memberikan manfaat kepada banyak orang saat ini dan mewariskannya kepada generasi yang akan datang. Tentu saja menjadi amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir walaupun kita telah meninggal. Percayalah, tulisan menjadi warisan terbaik yang diberikan manusia kepada manusia lainnya. Tulisan tak akan lekang oleh waktu.

    Saya kemudian teringat tahun 2003 yang lalu. Saat itu, saya terhentak setelah membaca sebuah artikel yang menuliskan pertanyaan dari John F. Kennedy “Apa yang sudah Anda berikan kepada bangsa ini?”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut, terus teringat hingga akhirnya, saya memutuskan dan meniatkan dalam hati sejak itu, untuk terus menambah koleksi buku, minimal 2 (dua) buah buku dalam satu bulan. Untuk apa buku-buku itu? Saya beranggapan bahwa, dengan banyak membaca, akan mendapatkan inspirasi dalam berbuat untuk bangsa ini.

    Berbagai genre buku menjadi koleksi untuk perpustakaan pribadi. Bahkan, terkadang saya dianggap gila karena tidur bersama buku-buku. Bahkan, sedikit demi sedikit, pakaian yang terlipat dalam lemaripun harus tergeser oleh buku. Setidaknya ini berlangsung hingga tahun 2009, disaat pemikiran juga sudah mulai berubah.

    Perkembangan internet, sempat mengubah pemikiran saya. Jika sebelumnya dalam satu bulan harus menambah koleksi buku minimal 2 (dua) buah, kali ini, saya padukan dengan buku digital yang bisa di download gratis lewat internet. Bagaimana nasib buku-buku yang sudah dikoleksi?, sebagian diantaranya dihibahkan kepada yang lebih membutuhkan, meski perpustakaan pribadi juga tetap mengoleksi buku-buku terbaru.

    Keyakinan saya untuk mengoleksi buku, berbuah hasil. Tahun 2005, berawal dengan mencoba-coba menulis sebuah opini yang kemudian dikirim ke salah satu media cetak di Kabupaten Wajo. Ternyata, tulisan tersebut dianggap layak dan dimuat di media cetak tersebut. Sejak itu, saya kemudian aktif mengirimkan tulisan-tulisan saya ke beberapa media cetak seperti SKU Maradeka Pos, SKU Wajo Mesra Makassar, Media Devacto, dan Media Sinergi, dan hampir semuanya naik cetak di rubrik opini.

    Beberapa artikel tersebut, diantaranya:
    1.     Problem Teknologi Informasi dan Komunikasi, dalam Wacana Masa Depan
    2.     Siapa bilang Sengkang (Wajo) Kota Santri
    3.     SBY JK = Sudah Banyak Yang Jadi Korban (Sebuah Fakta Disatu Tahun Kepemimpinan SBY-JK, Hari Berkabung Nasional Tandai Naiknya BBM)
    4.     Lingkunganku ….., Lingkunganmu ….., Kini Diambang Kehancuran
    5.     Meraih Sukses Bagi Pelajar/Mahasiswa
    6.     Indonesiaku Sayang …., Indonesiaku Malang ….., Derita Menyertai Hari Ulang Tahunmu
    7.     Beginikah Pendidikan Indonesia?
    8.     Era Perkembangan Budaya Bohong dan Budaya Serba Jalan Pintas
    9.     Fenomena Dunia Pendidikan (Guru Vs Siswa)
    10.  Harapan Jelang Tahun Pelajaran 2007/2008
    11.  Pendidikan sebagai Bumbu Penyedap Politik
    12.  dll
    Tulisan-tulisannya berupa artikel di media cetak hingga sekarang masih sering dijumpai di beberapa media cetak diantaranya sebuah artikel berjudul “Belajar dari Kasus “Dugaan” Penistaan Agama” yang saya tulis disaat gencar-gencarnya media massa memberitakan kasus Gubernur DKI Jakarta Non Aktif, Basuki Tjahaja Purnama.

    Ditahun 2005 itu pula, sebuah buku juga sempat tercipta, meski tidak diterbitkan tanpa ISBN. Hingga akhirnya dapat tawaran menyusun modul pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi untuk digunakan di SMA Negeri 1 Maniangpajo dan modul pembelajaran komputer untuk digunakan di SDN 202 Anabanua. Lagi-lagi kedua modul tersebut diselesaikan dengan baik, meski tidak diterbitkan tanpa ISBN.

    Rasa haru disaat tulisan-tulisan tersebut bisa diterima dengan baik oleh pembaca. Beberapa puisi yang tercipta, juga sempat muncul dimedia cetak, bahkan beberapa kali mendapat juara pada berbagai lomba cipta puisi, maupun lomba baca puisi.. Hal tersebut, menggugah hati saya, sehingga pada tahun 2008, dua buah web blog tercipta, meski sempat fakum.

    Fakum dari dunia menulis, sempat terjadi pada diri saya. Setidaknya itu terjadi diawal tahun 2009. Bukan karena jenuh. Akan tetapi, karena pada saat itu, diangkat sebagai abdi Negara melalui penerimaan CPNSD dan ditempatkan pada daerah yang jauh dari tempat tinggal saya. “Bagaimana mungkin saya menulis lagi, sedangkan waktuku sangat terbatas” pikirku saat itu.

    Untung buku pertama yang saya buat “the Power of Love” tahun 2005 bisa mengubah segalanya. Jujur, buku tersebut saya susun untuk seseorang yang saya yakini kala itu, akan mendampingi hidup saya di masa yang akan datang. Keyakinan saya berbuah manis, tepat 1 Desember 2009, buku tersebut akhirnya melahirkan buku nikah setelah melalui proses sakral ijab qabul. “Utarimai Allaibinengenna Andi Titin, Ana’ Makkunrainna Andi Sabbu. Sompana 88 Rial, Tunai Nasaba Puang Allahu Taala” (Akad nikah dalam bahasa bugis – Saya terima nikah dan kawinnya Andi Titin Binti Andi Sabbu, dengan mahar 88 Rial, tunai karena Allah SWT). Heheheheee ………

    Sang Istri kemudian memberikan motivasi dan semangat untuk kembali terjun kedunia menulis. “Jangan jadikan menulis sebagai beban tapi jadikan sebagai tantangan”. Bisiknya pada suatu waktu menjelang hari miladku

    Tepat di hari miladku, Blog yang sudah lama tidak dikelola kemudian saya aktifkan kembali. Beberapa file yang masih tersisa di Hardisk Eksternal, saya coba untuk satukan kembali. Ternyata benar. Jika kita menganggap menulis adalah tantangan, sudah dapat dipastikan bahwa kita akan terus menerus merasa bergairah dalam menulis. Menulis adalah tantangan terbesar yang harus dimenangkan dalam kehidupan ini

    Menulis sebenarnya pekerjaaan yang sangat menyenangkan, apalagi jika dilakukan dengan sepenuh hati. Alhamdulillah, dari dorongan Istri, sejak tahun 2013 sudah menerbitkan buku yang ber-ISBN, yaitu:
    1.     Profil Pramuka SMA Negeri 1 Maniangpajo (Tahun 2013)
    2.     Penegak Bantara di Depan Mata (Tahun 2014)
    3.     Sekolahku, Sekolah Kampungan tapi Berprestasi (Tahun 2015)
    4.     Antologi Puisi Kemerdekaan (Tahun 2016)
    5.     Antologi Puisi "Hujan" (Tahun 2016)
    6.     Antologi Puisi "Tantangan Satu Malam" (Tahun 2016)
    7.     Antologi Puisi "Pemecah Tuna Aksara" (Tahun 2016)
    8.     Antologi Puisi "Sajak untuk Ibu Tercinta" (Tahun 2016)
    9.     Antologi Puisi "Kenangan Terindah" (Tahun 2016)
    10.  Antologi Puisi "Bianglala" (Tahun 2016)
    11.  Antologi Puisi "Sumpah Pemuda" (Tahun 2017)
    12.  Antologi Puisi "Debu-debu Perjalanan" (Tahun 2017)
    13.  Ketika Cinta dan Seks menjadi Problematika Remaja (Tahun 2017)
    14.  Kumpulan Artikel "Harmoni Pena untuk SulSel" (Tahun 2017)
    15.  Antologi Cerpen "The Power of Love" (Tahun 2017)
    16.  Jejak-jejak Guru Penulis (Tahun 2017)
    17.  Antologi Puisi Pramuka "Warisan Terbaik bagi Bangsa" (Tahun 2017)
    18.  Maniangpajo kampong'ta (Tahun 2017)
    19.  Ensiklopedi Penulis Indonesia (Tahun 2017)
    20.  Wajah Pendidikan Kita (Tahun 2017)
    21.  Merayakan Puisi (Tahun 2017)
    22.  Pilkada, Pemilu, dan Demokrasi (Tahun 2018)
    23.  Pendidikan, Berinovasi tanpa Batas (Tahun 2018)
    24.  Terbang dalam Deen Assalam (Tahun 2019)
    25.  Lolongan Anak Negeri (Tahun 2019)

    Sementara, beberapa karya tulis ilmiah juga telah saya selesaikan, bahkan beberapa diantaranya telah diikutkan lomba pada berbagai kegiatan di tingkat Kabupaten hingga Nasional diantaranya:
    1.     Mendapatkan sertifikat dari Microsoft Cooperation pada kegiatan “Innovative Teachers Competition 2008”
    2.     Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah pada Porseni PGRI Kabupaten Wajo, sekaligus mewakili Kabupaten Wajo pada Porseni PGRI Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015
    3.     Mendapatkan sertifikat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada kegiatan “Simposium Guru Tahun 2015”
    4.     Mendapatkan sertifikat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada kegiatan “Simposium Guru Tahun 2016”
    5.     Pemenang pada event menulis dalam rangka peringatan Sumpah Pemuda di Yogyakarta Tahun 2016
    6.     Juara II Sayembara Menulis Kisah Inspiratif Guru Tingkat Sulawesi Selatan di Pangkep Tahun 2016
    7.     Juara II Lomba Penulisan Artikel dengan tema "Kerja Bersama Perangi Narkoba" Tingkat Kabupaten Wajo di Sengkang Tahun 2017
    8.     Juara Harapan III Lomba Kreativitas Guru pada Porseni PGRI Sulawesi Selatan di Malili Tahun 2017
    9.     dll
    Dari situ, saya berpikir. Pada abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif.

    Tidak dapat dipungkiri, perkembangan budaya literasi generasi muda Indonesia masih sangat rendah. Kondisi literasi di Indonesia menduduki urutan ke-64 dari 65 negara, Indonesia menduduki urutan ke-57 dari 65 negara dalam hal tingkat membaca siswa (PISA, 2010). Indeks minat baca pun dapat disimpulkan bahwa setiap 1.000 penduduk hanya terdapat satu orang saja yang membaca. Di sinilah saatnya peran generasi muda dapat diwujudkan demi membangun bangsa berbudaya literasi yang secara nyata ikut andil membangun bahasa Indonesia sesuai dengan butir ketiga Sumpah Pemuda.

    Bukankah kecerdasan suatu bangsa dapat diukur dari seberapa besar budaya literasi bangsa tersebut? Literasi adalah keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca. Penguasaan literasi dalam segala aspek kehidupan memang menjadi tulang punggung kemajuan peradaban suatu bangsa. Literasi amatlah penting karena seyogianya literasi adalah kegiatan melakukan iterpretasi, refleksi penguasaan dan apresiasi budaya, kemampuan dalam memecahkan masalah, serta kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana baik secara tertulis maupun lisan.

    Berdasarkan sembilan agenda prioritas (Nawacita) Presiden Joko Widodo, terdapat empat butir Nawacita berkait erat dengan komponen literasi sebagai modal pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, produktif, dan berdaya. Keempat butir tersebut adalah Nawacita nomor 5, 6, 8, dan 9.

    Butir Nawacita yang dimaksudkan adalah (5) meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia; (6) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; (8) melakukan revolusi karakter bangsa; (9) memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

    Merujuk dari hal tersebut, saya kemudian mendirikan Civil Society Community pada Juni 2016. Selanjutnya, pada September 2016, Civil Society Community kemudian saya padukan dengan Cemara Scout Community, sebuah organisasi yang telah saya bina sejak 2003 hingga sekarang. Paduan dua komunitas tersebut kemudian disebut “Sahabat CSC”.

    Menularkan virus menulis kepada Sahabat CSC akhirnya telah menuai hasil, namun tetap harus dilaksanakan secara berkesinambungan. Alhamdulillah, telah terbit 3 (tiga) buku ber-ISBN bersama mereka.

    Selain dengan dua komunitas tersebut di atas. Dalam mengasah kemampuan saya dalam dunia tulis-menulis disaat usia sudah mulai menua, saat ini juga bergabung dalam beberapa komunitas menulis. Dengan demikian, tulisan-tulisan yang saya hasilkan, selain terbit di media cetak, juga ada yang terbit di media online.

    Saya berharap. Dengan menulis, saya telah berkontribusi untuk kemajuan bangsa dan negara ini. Bukankah salah satu indikator sebuah negara dikatakan maju, ketika bisa dilihat dari seberapa banyak penulis tumbuh dalam negara tersebut.

    Akhirnya, saya menutup tulisan ini dengan kalimat “Andaikan saya mengajar hanya mengandalkan kemampuan berbicara saja. Niscaya, kata-kata saya hanya mampu bergaung ke seberang ruangan atau sepanjang koridor. Tapi, ketika menulis, kata-kata saya bergaung sepanjang zaman. Ketika saya dalam mengajar hanya mengandalkan kemampuan berbicara saja. Niscaya, saya hanya mampu menginspirasi orang-orang dalam kelas itu. Akan tetapi, dengan menulis, saya mampu menginspirasi seluruh dunia disaat yang bersamaan dan berlangsung berabad-abad”

    ——————–ysr——————–

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    ad728