Catatan Ringan 78 Hari Menjelang Pemilu: "Burung Jalak bali dan Burung Hantu"
Genderang tahapan kampanye Pemilu 2024 sudah ditabuh pada 28 November 2023 hari ini. Namun, saya tidak akan bercerita tentang proses peserta pemilu memberikan janji politik kepada masyarakat. Sebaliknya, fokusnya adalah pada hubungan dua lembaga yang sebelumnya dikenal bagaikan "Tom and Jerry" dan kemudian pada acara Pelantikan dan pengambilan sumpah Anggota Panwaslu Kelurahan Desa/Kelurahan se-Kecamatan Maniangpajo dalam rangka Pemilihan Umum tahun 2019 (14 April 2018), disaat saya diminta memberi sambutan dihadapan Ketua Panwaslu Kabupaten Wajo, secara khusus saya minta hubungan tersebut di Kecamatan Maniangpajo bagaikan "Masha and the Bear". Hubungan tersebut, juga sudah di dokumentasikan dalam buku berjudul "Pilkada, Pemilu, dan Demokrasi" yang terbit pada April 2018 dengan ISBN 978-602-61277-9-2)
Di Kecamatan Maniangpajo, terdapat dua kelompok burung yang menyimpan filosofi dan makna mendalam dalam konteks demokrasi Indonesia. Kelompok pertama, Burung Jalak Bali, diwakili oleh dua sahabat setia, Sura dan Sulu. Mereka menjadi simbol kecerdasan, keberagaman, dan semangat kebebasan. Berpakaian putih dengan logo KPU yang bersinar di tengah dada mereka, mereka melambangkan keterbukaan dan transparansi.
Setiap anggota kelompok ini
membawa paku di sayapnya, simbol tanggung jawab dalam mencoblos kertas suara.
Mereka bukan sekadar burung biasa; mereka adalah penjaga nilai-nilai demokrasi
yang dihormati, menciptakan harmoni di tengah keberagaman masyarakat
Maniangpajo.
Di sisi lain, kelompok kedua
adalah Burung
Hantu, yang dikenal sebagai Wasra dan Wasri dari Bawaslu. Mereka berperan sebagai pengawas
dalam kegelapan, dengan kemampuan melihat pelanggaran di balik malam. Wasra dan
Wasri tidak hanya duduk diam menunggu laporan; mereka selalu penuh rasa ingin
tahu dan sangat peduli terhadap potensi pelanggaran, seperti serangan fajar dan
ketidaknetralan ASN, TNI/POLRI.
Hubungan antara kedua kelompok
burung ini menciptakan dinamika unik dalam demokrasi Maniangpajo. Burung Jalak
Bali bersama Sura dan Sulu mencerminkan semangat pemilih muda, menciptakan
suara yang bersesuaian dengan keberagaman masyarakat setempat. Sementara itu,
Burung Hantu dengan Wasra dan Wasri berperan sebagai penjaga bijak, menjamin
keadilan dan keabsahan setiap tahap pemilihan.
Bisa
dibayangkan, penduduk Maniangpajo merasakan ketegangan dan antusiasme
yang melibatkan proses pemilihan. Dalam setiap tahap Pemilu, Sura dan Sulu
terus berupaya untuk bersinergi dengan Wasra dan Wasri, menggabungkan energi
mereka untuk menciptakan resonansi.
Mereka menyadari bahwa kecerdasan dan kebijaksanaan harus bersatu untuk menjaga
integritas demokrasi. Dengan semangat kebersamaan, kedua kelompok burung
bekerja sama dalam menyuarakan keadilan dan kebenaran.
Wilayah Kecamatan Maniangpajo akan menjadi saksi bagaimana pemilihan berjalan
lancar berkat kerjasama antara Burung Jalak Bali dan Burung Hantu. Semua
pelanggaran terdeteksi, dan keberagaman masyarakat tercermin dalam hak pilih
yang dihormati. Jika,
Burung Jalak Bali dan Burung Hantu bersatu, akan tercipta harmoni dalam demokrasi
Maniangpajo yang mendalam.
Dari cerita ini, kita belajar bahwa merangkai
demokrasi memerlukan kecerdasan, keberagaman, dan kewaspadaan. Bersama-sama,
Burung Jalak Bali dan Burung Hantu membuktikan bahwa demokrasi yang sehat
membutuhkan sinergi, menciptakan sebuah cerita berharga dalam sejarah kepemiluan di Kecamatan Maniangpajo.
Salodua, 28 November 2023
YASSER (Yakin Akan Sukses: Sinergi - Energi - Resonansi)