Sebuah Kenangan: Inspirasi Hijau Bersama Prof. Dr. Balthasar Kambuatya, M.B.A.
20 Desember 2013 adalah momen yang tak akan saya lupakan. Hari itu saya menghadiri undangan dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia di Grand Sahid Jaya, Jakarta, untuk menerima penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional. Bagi kami, ini bukan sekadar seremoni seremonial, melainkan pengakuan atas upaya kecil namun konsisten yang kami lakukan bersama para peserta didik dan guru demi menjaga lingkungan sekolah tetap hijau, sehat, dan penuh kehidupan.
Suasana di ruangan itu dipenuhi semangat. Ratusan perwakilan sekolah dari berbagai pelosok tanah air hadir, masing-masing membawa semangat yang sama, semangat untuk melestarikan bumi dari ruang-ruang pendidikan. Namun perhatian saya tertuju pada satu sosok yang berdiri di depan ruangan, Prof. Dr. Balthasar Kambuatya, M.B.A., Menteri Lingkungan Hidup saat itu.
Beliau bukan hanya pejabat negara, tetapi seorang akademisi dan pemikir yang telah menempuh perjalanan panjang di dunia pendidikan dan lingkungan. Lahir di Ayamaru, Papua Barat, pada 9 September 1956, beliau menempuh pendidikan sejak SD di tanah kelahirannya hingga meraih gelar doktor di bidang Ekonomi dari Universitas Hasanuddin pada 2003. Sebelum menjabat sebagai menteri, beliau juga pernah memimpin Universitas Cenderawasih sebagai Rektor dari 2005 hingga 2011, sebuah jejak yang mencerminkan komitmen panjang pada kemajuan sumber daya manusia dan lingkungan.
Di tengah kemegahan acara nasional, beliau tampil sederhana, tenang, namun tegas. Setiap gagasannya mencerminkan visi mendalam tentang pentingnya pendidikan lingkungan. Bagi beliau, sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi pusat tumbuhnya kesadaran ekologis dan kepemimpinan masa depan. Pendidikan lingkungan bukan semata soal pohon atau sampah, melainkan soal nilai-nilai hidup yang harus ditanamkan sejak dini agar kelak tumbuh menjadi karakter.
Saya berkesempatan berbincang singkat dengan beliau selepas acara. Dalam percakapan singkat itu, saya merasakan ketulusan dan keyakinan yang kuat bahwa ruang-ruang kelas memiliki potensi besar dalam mentransformasi masa depan. Ia mendengarkan dengan penuh perhatian saat saya menceritakan tentang taman sekolah yang dirawat anak-anak, kebun sayur yang kami tanam bersama, hingga poster-poster hemat energi karya para peserta didik. Langkah kecil yang selama ini kami lakukan ternyata bukan hal sepele, justru itulah fondasi dari keberlanjutan yang sejati.
Pertemuan itu menjadi titik balik bagi saya secara pribadi. Saya mulai melihat gerakan lingkungan bukan lagi sebagai kewajiban administratif atau proyek tahunan, tetapi sebagai jiwa dari pendidikan itu sendiri. Menjaga alam harus menjadi bagian dari kehidupan sekolah sehari-hari, bukan sekadar tempelan dalam kurikulum.
Bersua dengan Prof. Balthasar adalah dorongan moral yang kuat. Beliau bukan hanya seorang menteri, tapi pemikir yang membangkitkan kesadaran. Jejak pertemuan kami menegaskan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari halaman sekolah, dari ruang kelas sederhana, dan dari keberanian untuk terus menyalakan harapan hijau, sekalipun di tengah tantangan zaman yang kian kompleks.
Tidak ada komentar